Mungkin kamu tahu kalau Korea Selatan dulu merupakan sebuah negara kerajaan dari drama-drama Korea Selatan. Dari drama tersebut biasanya akan digambarkan kehidupan kerajaan yang sangat bergelimang dengan para dayang-dayang yang selalu mengikuti ke mana pun sang bangsawan pergi. Nah, kali ini kami akan membahas mengenai seorang putri terakhir Korea yang bernama Deokhye.

Deokhye merupakan seorang Putri Kerajaan terakhir di Korea yang dilahirkan pada 25 Mei 1912 di Changdeokgung, Seoul. Putri Deokhye merupakan keturunan dari Kaisar Gwangmu dan Nyonya Bongnyeong, selir dari sang Kaisar.

Di tahun 1917 Deokhye akhirnya secara resmi masuk ke dalam daftar keluarga kekaisaran, sang ayah sangat menyayangi Deokhye dan bahkan membangun sebuah taman anak-anak bernama TK Deoksugung di Jeukjodang. Para gadis yang seumuran dengan Deokhye mengunjungi TK tersebut.

Saat tahun 1919, secara rahasia Deokhye bertunangan dengan keponakan dari seorang pelayan Istana bernama Kim Hwangjin, yaitu Kim Jang Han.

Untuk melanjutkan pendidikannya, Deokhye dikirim ke Jepang pada tahun 1925. Seperti saudara lainnya, ia pergi ke Jepang untuk belajar di Gakushuin. Di sana ia digambarkan sebagai sosok yang pendiam.

Di tahun 1926, sang ayah meninggal dunia dan membuat Deokhye sangat terpuruk. Ia bahkan mengunci dirinya sendiri di kamar dan akhirnya berangkat kembali ke Korea dan menetap di sana untuk sementara. Di Korea pin ia menghadiri upacara pemakaman sang ayahanda.

Bisa dikatakan sejak kepergian sang ayah, Deokhye menderita penyakit mental. Ia bahkan mengalami somnabulisme atau tidur sambil berjalan. Ia pun akhirnya pindah ke rumah saudaranya, yaitu Putra Mahkota Yi Un di Tokyo.

Pada masa tersebut keadaan Deokhye semakin parah, ia bahkan sering lupa makan dan minum. Bahkan dokter mendiagnosis kalau Deokhye menderita penyakit Precocious Dementia atau kini lebih dikenal dengan nama skizofrenia, kondisi di mana seseorang mengalami gangguan jiwa dengan ditandai gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Namun, di tahun berikutnya Deokhye kondisinya semakin membaik.

Pada tahun 1931, Deokhye dijodohkan oleh Permaisuri Teimei, selir dari Kaisar Taisho dari Jepang. Deokhye menikah dengan seorang pangeran bernamam So Takeyuki, yang merupakan seorang bangsawan dari Jepang.

Sebenarnya pernikahan ini sudah diputuskan sejak tahun 1930, hanya saja pada saat ini kondisi Deokhye sedang tidak baik. Itu membuat saudara-saudaranya menentang hal itu dan membuat pernikahan menjadi ditunda. Jadi setelah kondisi sang putri membaik, akhirnya pernikahan pun dilangsungkan.

Pada tanggal 14 Agustus 1932, Deokhye melahirkan seorang putri yang diberi nama Masae. Tetapi setahun berselang ia kembali menderita penyakit mental dan setelahnya ia banyak menghabiskan waktunya di klinik mental.

Di tahun 1953 ia bercerai dengan sang suami, ia menderita karena pernikahan tersebut tidak berjalan dengan bahagia. Keterpurukan putri Deokhye semakin menjadi ketika sang putri bunuh diri dengan cara menenggelamkan dirinya di tahun 1955.

Pada tahun 1962, pemerintah Korea mengundang Putri Deokhye untuk kembali ke Korea. Ia menangis ketika hampir tiba di Korea. Ia jelas masih mengingat tentang tata kesopanan di Istana.

Putri Deokhye pun tinggal di Balai Nakseok, Istana Changdeok, anggota bangsawan lainnya. Sang putri akhirnya meninggal dunia di tahun 1989 di Balai Sugang, Istana Changdeok.

Itulah sedikit kisah mengenai putri Deokhwa yang seakan menunjukkan kalau kehidupan seorang putri tidaklah selalu bahagia. Ia tetap manusia yang memiliki berbagai rintangan di kehidupannya.