Wu Zetian, seorang perempuan yang merupakan satu-satunya perempuan di dalam sejarah Tiongkok yang resmi berkuasa menjadi Maharani atau Kaisar Wanita.
Keluarga Wu berasal dari Wenshui, Bingzhou, di mana ia terlahir sebagai Wu Mei. Saat berusia 14 tahun, Wu merupakan selir dari Kaisar Li Shimin dan memiliki gelar Cairen (selir tingkat lima). Namun, Wu tidak begitu menarik perhatian dari kaisar.
Saat Taizong mangkat, ia meninggalkan 14 orang anak dan diantaranya ada dari istri utamanya, permaisuri Wende. Namun, tidak ada anak yang berasal dari selir Wu.
Sesuai dengan Dar yang berlangsung, pasangan dari kaisar yang tidak memiliki keturunan akan berada di kuil selamanya setelah kaisar mangkat. Namun kemudian, Kaisar Li Zhi, putra dan penerus dari mendiar Taizong, membawa Wu untuk kembali ke istana dan diangkat sebagai selirnya sendiri. Wu pun dianugerahi sebagai Zhaoyi, atau peringkat tertinggi dari sembilan selir tingkat dua.
Ketika itu, istri utama dari Gaozong, Permaisuri Wang, tidak memiliki keturunan dan salah seorang selir dari Gaozong, memiliki seorang putra, Li Sujie.
Dengan cepat selir Wu mendapatkan perhatian dari kaisar setelah ia melahirkan putra pertamanya, Lo Hong, di tahun 652. Lalu kemudian ia kembali melahirkan seorang putra di tahun 653, Li Xian.
Tidak ada dari putranya yang akan dijadikan pewaris, karena para pejabat meminta kaisar untuk menjadikan putra tertuanya, Li Zhong, untuk dijadikan pewaris.
Di tahun 654, Wu melahirkan seorang anak perempuan, namun belum lama setelah dilahirkan anak perempuannya itu meninggal dunia. Wu pun menuduh permaisurilah yang melakukannya, tetapi ada pula kabar kalau sebenarnya Wu yang membunuh putrinya sendiri agar bisa dijadikan permaisuri.
Di musim panas 655, Wu mendakwa permaisuri Wang beserta dengan ibunya telah melakukan tindakan sihir. Hal ini pun ditindaklanjuti oleh Gaozong dengan melarang ibu permaisuri untuk masuk ke istana, serta mengasingkan Liu Shi, paman dari permaisuri.
Wang pun digulingkan dari kedudukannya sebagai permaisuri dan ditahan di tahanan istana. Lalu di tahun itu, Wu pun secara resmi ditetapkan menjadi permaisuri yang baru.
Tetapi sepertinya, menjadi seorang permaisuri dari gaozong dari Dinasti Tang tidak memuaskan hasrat dan ketamakan dari permaisuri Wu. Karena merasa hal itu kurang memuaskannya, ia pun membunuh suaminya sendiri, membunuh perempuan, kakak laki-laki, istri raja lainnya, dan anggota Dinasti Tang yang tersisa agar ia bisa mendapatkan tahta kerajaan.
Yang aneh adalah, meski ia melakukan beragam pembunuhan ke keluarganya agar bisa mendapatkan tahtanya, tapi ia ternyata merupakan penguasa yang baik untuk rakyat. Selama ia melakukan masa pemerintahannya, ia menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan besar lainnya.
Selain itu Wu juga sangat menjunjung tinggi toleransi beragama dan ini membuat rakyatnya menjadi lebih sejahtera.
Hingga, di tahun 704, ia pun jatuh sakit. Ketika ia sakit, hanya Zhang Yizhi, saudaranya Zhang Changzong, dan dua kekasih Wu yang boleh menjenguknya. Kemusian ini memunculkan dugaan kalau dua saudara ini sedang merencanakan pemberontakan. Awalnya Wu mempersilahkan untuk menyelidiki mereka berdua, tetapi ketika penyelisikan belum selesai, ia malah menghentikannya.
Akhir hayatnya, Wu Zetian mangkat pada 16 Desember 705 dan ketetapan akhirnya diturunkan secara anumerta dari Maharani menjadi Permaisuri. Lalu ia dikebumikan bersama dengan suaminya, Gaozong, di Mausoleum Qianling, di mana letaknya sengat dengan ibu kota Chang’an di Gunung Liang.
Itulah sedikit kisah dari ratu yang kejam pada masanya, Wu Zetian. Jika usai membaca kisah ini kalian merasa kesal atas perbuatan sang ratu atas kekejamannya, Semoga kisah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai kisah kelam yang terjadi pada masa kerajaan tiongkok pada masanya.