Mungkin kamu masih asing dengan nama ratu Mary Tudor, tapi bagaimana dengan julukan “Bloody Mary”. Dibandingkan dengan para leluhur dan juga penerusnya, ia memiliki kehidupan yang lebih tragis. Ia ditakdirkan menjadi seperti saudara-saudara Tigrinya terdahulu, di mana pernah berkuasa atas Inggris dan wafat di bawah julukan “Bloody Mary”.

Memiliki nama lengkap Mary Tudor, Mary I lahir di tanggal 18 Februari 1516 di Greenwich, Inggris dan meninggal pada 17 November 1558 di London. Ia merupakan ratu pertama yang memerintah Inggris pada tahun 1553-1558.

Sebenarnya, ayah Mary, Raja Henry VIII, hanya menginginkan seorang anak laki-laki. Mary sendiri merupakan satu-satunya anak yang bertahan dari dari bayi.

Ia adalah gadis yang rajin dan juga cerdas, itu karena sang ibu memberikan banyak pendidikan sejak Mary masih kecil. Mary sendiri bisa berbahasa Latin, Perancis, Spanyol, Yunani, dan bahkan mahir untuk bermain musik dan juga tarian.

Karena sangat ingin seorang putra, Henry VIII pun meminta izin dari kepakan untuk mengakhiri pernikahannya. Katika ditolak oleh Paus Klemens VII, ia pun menyatakan kalau Paus tersebut dibebaskan dari wewenang kepakan dan juga menegaskan kalau raja Inggris harus menjadi satu-satunya kepala gereja.

Kehidupan Mary pun terganggu dengan adanya pernikahan baru dari sang ayah bersama dengan Anne Boleyn. Di tahun 1533, Henry VIII menikahi Boleyn dan melahirkan seorang anak perempuan untuknya, Elizabeth I. Mary dikeluarkan secara paksa untuk tinggal bersama dengan saudara perempuannya yang masih bayi, Elizabeth.

Di tahun 1536, ibunya meninggal dunia di Cambridgeshire. Setelah itu Anne Boleyn dituduh sudah melakukan pengkhianatan dan akhirnya dia dieksekusi. Mari dipaksa menyangkal otoritas paus dan melegitimasi dirinya sendiri.

Ayah Mary, Henry VIII meninggal dan meninggalkan urutan resmi penerus tahta adalah Edward, Mary, dan Elizabeth.

Mary mendapatkan tahtanya dan ia pun melakukan berbagai reformasi. Ia mengesahkan pernikahan dari orang tuanya dan juga menghapuskan hukum agama dari Raja Edward VI, adik Tirinya.

Di bawah pemerintahan dari Mary juga, Inggris pun kembali memeluk agama Katolik. Ia juga menghidupkan undang-undang yang sangat ketat, di mana orang-orang yang memiliki agama Protestas dilakukan eksekusi dengan cara dibakar atau bahkan diasingkan. Akhirnya protestas ditetapkan sebagai Bid’ah atau perbuatan yang tidak menurut dengan sesuatu yang sudah ditetapkan.

Hampir lebih dari 300 penganut Protestan dibakar di sebuah tiang pancang. Mereka yang terbunuh adalah Thomas Cranmer, uskup agung Canterbury, penasihat raja-raja Henry VIII dan Edward VI.

Cranmer sendiri menyatakan kala pernikahan dari orang tua Mary melanggar hukum, sehingga Henry bisa menikahi Anne Boleyn. Selama pemerintahan dari Edward, sang uskup agung mempromosikan Protestan.

Karena peristiwa berdarah inilah yang membuat Mary mendapatkan julukan Bloody Mary.

Di tahun 1554, Mary menghadapi pemberontakan dari Protestan yang dipimpin oleh Thomas Wyattm seorang pemilik tanah. Kemudian Wyatt pun dieksekusi di Tower Hill.

Mary pun juga memenjarakan adik Tigrinya, Elizabeth, di Tower of London. Di mana, Mary mencurigai Elizabeth ikut terlibat di dalam pemberontakan tersebut. Tapi tidak lama, Elizabeth pun dibebaskan dan menjadi tahanan rumah.

Akhir hayat Mary berakhir dengan tragis, di mana ia terkena kanker ovarium. Pemerintahan kejam yang bertahan selama 5 tahun itu pun berakhir. Akhirnya Mary dimakankan di Westminster Abbey.

Itulah sedikit kisah mengenai Mary, seorang ratu yang kejam dan sadis pada masanya.